Home free page profile follow

disclaimer
Hello, i'm Hana. I do love arts and editing coz they're my daily meal. Also a fan-movie and novel and cheese maniac.

Chat!




Arigatou
Template was made by Miichiko. Thanks to Pixel-diary for the cute pixels and icons.


Bau penyesalan
Rabu, 30 Oktober 2013 | 0 comments
Terkadang bau bisa mengungkit ulang masa lalu. Ketika sesuatu hampir terlupakan oleh kita. Sama seperti diriku sekarang. Disini, di paut jarak yang lumayan jauh dari tempat dimana dahulu rasa sakit itu bersemayam. Aku bersama teman-teman satu jurusan sedang melakukan tugas penelitian di alam terdekat kampus. Kami sibuk mengamat, mencatat, dan uji coba.

"Jes, gue kedeket pohon itu dulu ya. Kalau ada pembimbing yang nyariin, bilang kalau gue cuma bentaran ada yang butuh diteliti, oke?! Dadah." Aku cepat-cepat melambai, sebelum Jessi menjawab. Kudengar ia mendesah kesal. Aku hanya tersenyum tidak mempedulikan. Lagian dia pasti tak mengerti bahasa yang kugunakan.

Sampai kedekat pohon aku melangkah perlahan dan hati-hati. Berani sumpah, barusan aku kaya ngeliat ada orang yang menyelinap sembunyi-sembunyi di balik pohon ini. Kira-kira kalau itu benaran orang, lantas siapa dia? Mau apa berlaku seperti tadi? Aku heran. Apa dia salah satu dari kami?! Hanya saja dia sekedar cari sensasi/perhatian, karena tidak di hiraukan.

Sekarang aku benar-benar berdiri kaku disamping pohon. Tak ada siapa dan apa. Merinding mulai menguasaiku. Tak terpikir lagi olehku bahwasanya beberapa menit lalu dibuai rasa penasaran yang teramat. Aku kini hendak berbalik. Mending aku pergi saja dan jauh-jauh dari masalah. "Idih, php banget deh nih mata!" sesalku. Kalau tadi tidak kesini, pastilah aku sudah dapat banyak bahan penelitian. Dan kalau tidak menuruti rasa penasaran yang menghantuiku, tak akan aku berbohong pada Jessi. Hidupku benar-benar berantakan!

Tunggu. Aku menciumi bau dan aroma sesuatu!

Kuhentikan langkah yang masih belum terlalu jauh dari tempat semula kuberdiri. Ah! Bau ini seperti tidak asing buatku. Kali ini bukan sekedar halusinasiku karena ini lebih menyangkut indera penciuman dan bukan penglihatan. Aduh aku sampai lupa lagi. Sungguh bau ini ingin bermain teka-teki denganku. Memuakkan.

"Lyraaa, elo dimanaa?? Buruan dong, kita udahan nih!! Emang lo mau kita tinggal?"

Pekik seseorang. Sepertinya itu pemilik suara salah satu cowok yang masuk kategori sahabat karibku. Senar. Ah, sudahlah. tak penting menanggapi bau tak jelas asal-muasalnya ini. Lebih baik aku lanjut ke tempat teman-teman dan pembimbingku berkumpul.

"Heh, elo dari mane aje? Gue susah nyariin tau nggak. Tuh si Jessi juga kebingungan. Lo tuh cewek ngeselin ya. Pake ngerjain Jessi dengan bicara bahasa kita. Mana ada dia ngerti! Asal lo tau, temen-temen. Terutama gue. Khawatir banget sama lo!" cerocos Senar, panjang. Aku tak menjawab, hanya mengangkat bahu. Kemudian bergulir mengisi barisan pali belakang. Tidak terlalu mendengarkan ocehan sang pembimbing yang berdiri gagah di depan, memimpin dan memberi arahan untuk kami. Sibuk memikirkan bau tak asing itu yang entah apa sebabnya, tak kunjung ingin berpisah dengan pikiranku. Akhirnya kami balik ke kampus. Hari ini sudah tak terhitung aku melakukan kesalah dan sebagai imbalannya dapat omelan.

Yang pertama, tentu dari Jessi. Dengan menggunakan bahasa Belanda, ia berkata bahwa aku sahabat yang cuma bisa buat susah dan mempermainkan perasaan orang. Mendengar itu aku masih berusaha terlihat sabaran. Kedua datang dari Senar, ia sangat-sangat kesal atas tanggapanku di tempat penelitian tadi, begitu tak menjawab kekhawatirannya. Aku pun mulai goyah. Puncaknya, ya amukan pembimbing. Betapa tak seriusnya aku terhadap tugas-tugasku. Bayangkan, sudah tak bikin laporan, dipermainkan oleh hal sepele (bayangan orang dan bau), kena marah, dan tak dapat nilai pula. Mengenaskan nasibku ini. Pantas saja aku menangis sesak. Ya tuhan. Kenapa harus begini?

Sepulang ke apertemenku. Dikamar aku menerima sebuah pesan singkat di nomor yang sama sekali tidak kuketahui pengirimnya.

"Helo Lyra sayang. Sudah merasa penasaran ya?! 
Di hantui bau adalah hal paling mengesalkan bkn?Tenang. 
Kau takkan jauh-jauh dari masalalumu.
 Tak lama lagi, kau akan mengetahuinya :)"

Tidak. Tidak!! Aku tak mau dibayangi masalalu. Oh, siapakah kamu? Kamu siapaaa?! Ampun. Bau itu lagi. Kenapa diriku sekali menciumi bau, selamanya akan membaukannya? Tuhan tolong. Jangan buat aku teringat akan sosoknya. Dia.

Hah? Ya. aku ingat sekarang. Benar kata pesan ini. Takkan butuh waktu lama untukku mengingat. Biar sekali pun kejadian itu telah berlangsung lama. Lama sekali.Kalau pesan ini tau kelemahanku, berarti....
Dialah pemilik sosok masalalu itu!

Fredo.

Sekarang aku siap. Silahkan kau ingatkan dan aku menerimanya dengan segala kepasrahan. Aku rela. Kamu yang dulu satu-satunya orang yang menyayangi dan peduli padaku. Ketika orang-orang menyalahkanku, hanya kamu yang dengan penuh keberanian menghalau semuanya. Tak membolehkan satu orang pun menyakitiku, sekalipun itu orangtuaku. Namun, karena kesalahan fatal kulakukan. Semuanya jadi terbalik, bagai pagi indah berlalu jadi malam tanpa arah. Maaf. Cuma itu yang bisa kukatakan kala itu. Dengan mata yang masih setengah terbuka. Kamu tatap aku dengan sorot menuduh. Ini memang tidak adil. Kebaikanmu kubalas dengan sesuatu yang mengerikan. Darah bertebaran mengisi toko penjual pernak-pernik mahal. Pengap menguasai saat berhamburan orang meracoki dirimu. Sungguh perpaduan bau yang tak mengenakan. Sayangnya bau itu benar-benar menjanggal. Baru pertama kali aku menghirup. Sangat cocok dipakai sebagai pengingat yang menyiksakan.
Sampai sekarang aku masih terheran. Hanya karena salah tunjuk. Lantas berakhir begini? Bukan kamu penjahatnya, karena kutau kamu orang baik. Teramat malah. Tapi karena alasan panik, kutinggalkan dirimu. Lari dari masalah. Betapa jahat aku. Selamanya aku kan menyesali kesalahanku ini. Asal kamu tahu, bukan seperti itu niat dan maksudku...-


FUTURE
PAST